Dalam sebuah
hadits Rasulullah SAW bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأََهْلِهِ
وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأََهْلِي
Artinya
: ”sebaik-baik diantara kamu adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan
aku adalah sebaik-baik diantara kamu terhadap keluargaku” (H.R. Tirmidzi)
Sebagai seorang
Muslim sudah selayaknya menjadikan Rasulullah sebagai panutan dalam berbagai
hal termasuk dalam berumah tangga. Dengan berharap bisa menjadi suami/ayah yang
baik terhadap istri dan anaknya (karena tersus terang saja sampai saat ini
masih sulit bagiku untuk menjadi suami/ayah yang baik buat anak/istrinya) maka
tulisan ini mencoba mengajari diri saya sendiri untuk meneladani prilaku
Rasulullah SAW terhadap keluarganya. Dalam berumah tangga Rasulullah adalah
sosok yang patut dibanggakan karena beliau adalah :
A. Ayah Teladan
Dia dikenal sebagai seorang ayah yang penuh perhatian kepada anak-anaknya,
meskipun mereka sudah dewasa dan berkeluarga. Ketika hendak berangkat perang
Badar, Rasulullah berpesan kepada Usman bin Affan untuk tidak ikut berperang
dan disuruh menjaga istrinya, Ruqayyah putrid Rasulullah SAW yang sedang sakit.
Tak lama kemudian Ruqayyah meninggal dunia, sekembalinya dari perang badar yang
pertama kali beliau lakukan adalah pergi ke pusara putrinya itu bersama-sama
Fatimah putrid bungsunya yang saat itu masih berumur 20 tahun.
B. Mertua Pengertian
Satu minggu setelah pulang dari perang badar Rasulullah mendorong Ali Bin
ABi Thalib untuk melamar Fatimah secara resmi. Pada mulanya Ali ragu karena
merasa dirinya miskin, meski telah memiliki tempat tinggl sederhana. Tetapi
mengingat yang meminta itu adalah Rasulullah, Ali pun menyatakan kesediaannya.
C. Datuk Penyayang
Seringkali Rasulullah membawa cucunya hasan dan husen ke mesjid dengan
menggendongnya di bahu. Ketika ia berdiri dan membaca ayat-ayat dalam shalat
sang cucu tetap berada dalam gendongannya. Baru ketika ia hendak melakukan
rukuk dan sujud sang cucu diturunkan untuk kemudian digendong lagi ketika
hendak berdiri pada rakaat selanjutnya.
D. Suami teladan
Sebagai seorang suami banyak sekali perbuatan-perbuatan Rasulullah yang
harus kita teladani, dan alangkah mulianya seorang suami jika bisa melakukan
perbuatan-perbutan yang dicontohkan oleh Rasulullah, walu mungkin pada zaman
sekarang ini aka nada orang yang mengatakan sebagai suami yang takut istri
(naudzu billah), perbuatan Rasulullah yang mulia terhadap istrinya dan tidak
menurunkan martabat kerasulannya itu diantaranya adalah :
1. Suami membukakan pintu Kenderaan atau Rumah untuk Istrinya.
Tidaklah berlebihan dan tidak pula dapat merendahkan martabat suami
dihadapan istrinya jika sang suami membukakan pintu rumah atau mobil untuk
istrinya. Dan hal ini bukanlah aib atau kemunduran justru ini adalah ahlaq
mulia yang dapat menumbuhkan sikap sayang dan perhatian dari suami terhadap
istri yang pada gilirannya akan dibalas dengan sikap hormat dan ketaatan dari
istri terhadap suaminya. (kecuali istri-istri yang tidak pandai bersyukur,
karena dia hanya akan memanfaatkan kebaikan akhlaq suaminya untuk memperbudak
suaminya sendiri -naudzubillah).
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan, “Bahwasanya Rasulullah duduk di
sisi unta beliau. Kemudian Beliau meletakan lututnya, lalu istri beliau
Shafiyah meletakkan kakinya di atas lutut Nabi saw hingga ia naik ke unta”
(subhanallah betapa mulia akhlaqmu Ya Rasulullah).
Sangatlah indah jika ketika hendak pergi suami mencium istrinya dan istri
memberikan ciuman kepada suaminya. Begitu juga ketika datang istri menyambut
kedatangan suami dengan ciuman penuh kemesraan. Ciuman yang
tulus penuh kesucian dan kehormatan adalah senjata ampuh untuk melawan segala
rayuan yang terjadi setiap hari dan tersebar dimana-mana.
Diantara hal yang diamanahkan Rasulullah adalah anjuran kepada para suami
agar mencium istrinya sebelum pergi ke kantor atau ke luar kota. Aisyah berkata
: “Rasulullah menciumku, kemudian beliau pergi ke mesjid untuk melakukan
shalat tanpa memperbarui wudlunya” (H.R Abdurrazaq, Ibnu Majjah,
Aththabrani, dan Daraqutni)
3. Makan sepering berdua
Rasulullah telah memberikan contoh untuk makan sepirng berdua dengan
istrinya, hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan kecintaan kepada sang istri
bahkan Rasulullah meletakkan mulutnya di bekas mulut istrinya pada gelas yang
sama.
Aisyah berkata : “Pernah aku minum, sedangkan aku pada saat itu sedang
haid. Kemudian aku memberikan minuman tersebut kepada Rasulullah saw dari
bejana yang sama, dimana beliau menempelkan mulutnya persis ditempat bekas aku
minum, lalu beliau minum. … (H.R. Muslim)
Diriwayatkan oleh Aisyah RA bahwa, Nabi saw adalah orang penyayang lagi
lembut. Dan beliau akan menjadi orang yang sangat lembut dan paling banyak
menemani ketika istrinya sedang sakit (H.R. Bukhori dan Muslim)
5. Bersenda gurau dan membangun
keakraban
Nabi saw adalah orang yang romantis dan lemah lembut kepada keluarganya,
sering becanda tapi tetap penuh adab dan sopan santun serta keluhuran akhlaq.
Sikap romantic belaiu sangat mengagumkan dan menakjubkan, seperti terlukis
dalam salah satu hadits. “Rasulullah adalah orang yang paling banyak bergurau,
bersama istri-istri belia. Maksudnya Rasulullah adalah orang yang tidak kaku
apalagi kasar terhadap istri dan keluarganya tetapi banyak
bercanda, bergurau, dan bergembira.
6. Tetap Romantis dan akrab saat istri
sedang haid.
Keromantisan Rasulullah tetap terasa oleh Aisyah istrinya walaupun Aisyah
dalam keadaan haid, dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah
meminta Aisyah untuk mengahangatkan tubuhnya padahal Aisyah dalam keadaan haid,
Rasulullah berkata : “Mendekatlah kepadaku, hangatkanlah diriku, hangatkanlah
diriku !”. Lalu kukatakan pada beliau, “saya sedang haid”. Beliau berkata,
“walaupun engkau sedang haid, singkaplah kedua pahamu”. Lalu kubukakan kedua
pahaku dan beliau meletakkan pipi dan kepalanya (juga dadanya) di atas kedua
pahaku (aku mendekap beliau) hingga beliau merasa hangat dan tertidur. (H.R.
Bukhari)
7. Mandi Bersama
Dalam waktu senggang memang sangat baik suami istri bisa saling memandikan
satu sama lainnya, baik karena kebutuhan kesehatan atau untuk menjalin
kaharmonisan, bahkan mungkin untuk kepentingan ta’lim (pembelajaran), karena
mungkin saja seorang istri belum memahami bagaimana cara mandi besar (mandi
wajib sehabis junub)yang benar, maka seorang suami berkewajiban mengajarkan
istrinya agar bisa melaksanakan mandi besar yang benar.
Berkata Aisyah : ”Aku mandi bersama Rasulullah SAW dalam satu
bejana, aku mendahuluinya dan ia mendahuluiku (mengambil wadah) sampai-sampai
ia berkata : “tinggalkan untukku”, dan aku berkata, “tinggalkan untukku. (H.R.
An Nasai)
8. Mengajak istri makan di luar sambil
refreshing.
Dari Anas bahwa rasulullah SAW memiliki tetangga berkebangsaan Persia. Dia
telah memasak kuah yang enak untuk Rasulullah. Kemudian dia mendatangi
Rasulullah dan mengundang makan. Rasulullah berkata : “dengan dia?” sambil
menunjuk kepada Aisyah. Dia (orang Persia) berkata : “tidak”. Kemudian
Rasulullah berkata : “kalau begitu tidak”. Kemudian tetangga itu datang lagi
mengundang Rasulullah . Rasulullah berkata : “dan bagaimana dengan orang ini
(Aisyah) ?. Orang Persia itu berkata : “tidak”. Rasulullah berkata : “jika
begitu tidak”. Kemudian orang itu kembali lagi mengundang Rasulullah.
Rasulullah saw berkata : “dengan dia?”. Orang Persia itu menjawab, “Ya boleh”.
Kemudian Rasulullah SAW dan Aisyah pun berjalan berurutan hingga mendatangi
rumah tetangga beliau tadi.(HR.Muslim)
9. Saling membersihkan setelah
berhubungan
Aisyah berkata : “seyogyanya bagi seorang istri yang cerdik, hendaklah ia
mengambil secarik kain. Dan apabila suaminya menggaulinya, ia pun menyerahkan
kain tersebut kepada suaminya. Lalu suami mengusap (sperma) darinya. Dan
istrinya pun mengusap (sperma atau benda=cairan lain) darinya (ibnu Qudamah).
10. Bersandar di atas dada Istri dan tidur di atas pahanya
Suatu gambaran yang indah, manakala punggung Rasulullah SAW bersandar pada
perut “Aisyah, sedangkan kepala beliau berada di dadanya. Ini melukiskan,
keserasian, keharmonisan, dan kesatuan jiwa antara suami istri yang saling
mencintai.
11. Suami Istri
berpelukan saat tidur
12. Prilaku Rasulullah yang menggambarkan tentang hal ini sama
dengan riwayat nomor enam (Tetap Romantis dan akrab saat istri sedang haid)
13. Mengajak Istri Pergi Ke Luar Kota
Aisyah berkata, “adalah Rasulullah saw apabila hendak ke luar kota, beliau
mengundi diantara istri-istrinya. Maka jatuhlah undian pada Aisyah dan Hafsah.
Kemudian keduanya ke luar dengan beliau bersama-sama (H.R Bukhori)
14. Suami Menyuap Istri
15. Mencium istri dari waktu ke waktu
Aisyah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW menciumnya sedangkan beliau dalam
keadaan berpuasa. Kemudian beliau bersabda, “sesungguhnya ciuman itu tidak
membatlkan wudlu dan tidak membuat buka orang yang berpuasa”.
Dan beliau berkata, “wahai humaira (panggilan untuk Aisyah) sesungguhnya
dalam agama kita terdapat kelapangan”. Rasulullah tetap berpuasa, beliau
mencium di bagian mana saja bagian wajahku hingga beliau berbuka. (H.R. An
Nasai dalam sunan al kubra)
16. Suami mengantar istri ketika ke luar
Sayyidah Shafiyah binti Huyay, istri Nabi SAW berkata : “Rasulullah saw
sedang beritikaf. Kemudian aku mendatangi beliau dan menjenguknya pada malam
hari, dan aku berbincang-bincang dengan beliau. Lalu aku berdiri hendak
kembali. Beliau kemudian berdiri bersamaku untuk mengantarku (menemani Shafiyah
sampai ke pntu), dan beliau berkata : “jangan terburu-buru hingga aku
mengantarmu (H.R. Bukhori dan Muslim)
17. Suami istri berjalan-jalan di malam hari.
Aisyah berkata, “adalah Rasulullah saw apabila hendak ke luar kota, beliau
mengundi diantara istri-istrinya. Maka jatuhlah undian pada Aisyah dan Hafsah.
Kemudian keduanya ke luar dengan beliau bersama-sama. Dan Rasulullah apabila
datang waktu malam, beliau berjalan bersama Aisyah dan berbincang-bincang
dengannya”. (H.R Bukhori)
18. Istri menyisir rambut suaminya
Dalam sebuah riwayat Aisyah berkata, bahwa Nabi saw jika beritikaf beliau
mendekatkan kepalanya kepadaku. Kemudian aku menyisirnya, sedangkan aku dalam
keadaan haid (H.R. Bukhari)
19. Istri menaburkan parfum ke badan suaminya
Aisyah r.a berkata : “Aku meminyaki Rasulullah SAW, kemudian beliau
berkeliling kepada istri-istrinya. Lalu beliau berihram dan menyebarlah bau
minyak wangi (H.R. Bukhari)
Dan Aisyah berkata : “Aku telah meminyaki Rasulullah saw dengan sebaik-baik
minyak wangi (H.R. Bukhari)
20. Ungkapan cinta dan kasih sayang setiap hari
Berterus terang tentang cinta dan mengungkapkan perasaan sayang terhadap
istri merupakan salah satu seni bergaul yang dicontohkan Rasulullah saw.
Alangkah baiknya sang suami memanggil istri dengan nama terbaik yang
disukainya. Bisa juga disampaikan panggilan-panggilan sayang seperti honey,
yayang, my queen, my darling, dear, neng, diajeng, atau sapaan khusus hanya
suami istri saja yang tahu.
Seringkali Rasulullah memanjatkan Aisyah dengan ucapan “wahai Humaira”
(panggilan sayang untuk Aisyah).
21. Meletakkan pipi di atas pipi
Diantara keharmonisan lain Rasulullah adalah mengajak istrinya ke tempat
hiburan dan duduk berdampingan dengan mesra. Aisyah berkata “bahwasanya
Rasulullah sedang duduk kemudian terdengar oleh kami kegaduhan dan
suara anak-anak. Rasulullah kemudian berdiri dan ketika itu ada seseorang yang
sedang menari dan anak-anak berada disekitarnya. Beliau lalu berkata : “wahai
Aisyah kemarilah dan lihatlah (apakah engkau ingin melihatnya?) lalu kujawab,
“ya”. Lalu beliau memberdirikanku dibelakan beliau dan pipiku di atas pipi
beliau. Dan kuletakan bahuku di atas bahu Rasulullah SAW (H.R. Bukhari).
22. Suami Istri
membiasakan berolah raga
Aisyah berkata : “Aku
keluar bersama Rasulullah SAW (dalam sebuah perjalanan) dan ketika itu aku
masih ramping. Lalu kami berhenti di sebuah tempat perhentian, kemudian ia
berkata kepada para shahabatnya, “majulah kalian terlebih dahulu (untuk
berlomba)”. Hal itu dilakukan agar tidak ada dari mereka yang melihat gerakan
istri beliau saat perlombaan. Kemudian beliau berkata kepadaku, “kemarilah
hingga aku berlomba denganmu.” Lalu beliau berlomba denganku dan aku mampu
mendahuluinya. …. (H.R. An Nasai)
23. Memberikan
kesenangan kepada Istri
Dari Said bin Yazid
bahwa ada seorang wanita menghadap Rasulullah SAW, beliau kemudian berkata, “wahai
Aisyah, tahukan engkau siapakan wanita ini ?” Aisyah berkata : “tidak wahai
Nabi Allah”. Kemudian Beliau berkata, “Ini adalah budak yang pandai bernyanyi
dari Bani Fulan, suka kah engkau bila dia bernyanyi untukmu?” Aisyah menjawab :
“Ya”. Kemudian beliau memberi wanita itu sebuah talam, dan dia pun menyanyi.
(H.R. Ahmad dan Thabrani)
24. Memperhatikan
perasaan Isteri.
Setiap wanita
memiliki perasaan cumburu terhadap suaminya, termasuk juga istri-istri Nabi,
terhadap masalah ini Rasulullah menjaga perasaan yang berkenaan dengan hak-hak
seluruh istrinya.
Anas bin Malik ra
berkata : “Rasulullah SAW mengadakan walimah ketika menikah dengan Zaenab binti
Jahsy. Maka orang-orang pun kenyang dengan roti dan daging. Kemudian beliau ke
luar menuju beberapa bilik ummahatul mukminin(istri-istri beliau)
sebagaimana yang biasa belaiu lakukan pada pagi hari beliau menikah. Lalu
beliau mengucapkan salam kepada mereka, dan mereka mengucapkan salam kepada
beliau, serta beliau mendoakan mereka dan merekapun mendoakan beliau (H.R.
Muslim)
Kecemburuan sebagian
istri terkadang mendorong mereka untuk mendoakan kejelekan bagi suami atau
istri yang baru, ataupun terhadap kedua-duanya. Ucapan salam beliau kepada
istrinya dan sebaliknya menunjukan bukti cinta, kasih sayang serta kelembutan
dari suami dan istri. Mereka tidak saling menghinakan, malah saling mendoakan.
Mendatangi dan mendoakan istri yang tua merupakan puncak kasih sayang dan
peduli kepadanya, sehingga kehadiran istri yang baru tidak akan menjadi ancaman
dan melupakan istri yang lama.
Demikian indah
perilku yang dicontohkan Rasulullah kepad istri-istri beliau, bisakah kita
ummatnya meniru kesemua (24) prilaku Rasul di atas ?. Jika kita tidak bisa
melaksanakan seluruhnya maka jangan kita tinggalkan seluruhnya, sebagian saja
telah bisa kita laksanakan dari 24 prilaku Rasul terhadap istrinya, insya Allah
hal itu akan menjadi modal kita untuk bisa melakukan sebagian besar apa-apa
yang dicontohkan Rasul bagi ummatnya dalam berbagai hal.
Jika kita berusaha
melakukan apa-apa yang telah dicontohkan Rasul di atas, masih takutkah kita
(para suami) dicap sebagi suami takut istri ? (naudzubillah).
Wallahu ‘alam
bishshawab
Sumber : Muhammad SAW
the Super Leader Super Manager
Karya :
Dr Muhammad Syafii Antonio M.Ec